https://padang.times.co.id/
Kopi TIMES

Masa Depan Petani Rumahan

Selasa, 08 Oktober 2024 - 14:32
Masa Depan Petani Rumahan Nurmala Sari, S.TP, M.Si., Dosen Tetap PNS Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas

TIMES PADANG, PADANG – Kamu tahu tidak, kalau negara kita Indonesia sebagai negara agraris, sebenarnya punya potensi besar di bidang pertanian. Dengan tanah yang subur, iklim tropis, dan sumber daya alam yang melimpah, pertanian sering dibilang sebagai tulang punggung ekonomi. 

Tapi sayangnya, seiring berkembangnya zaman dan pesatnya urbanisasi, pertanian skala kecil, terutama di keluarga, mulai terlupakan. Padahal, kita punya semua sumber daya untuk mewujudkan ketahanan pangan, baik lewat pertanian besar maupun kecil. Masih ingat ngga orang kita zaman dahulu suka Bertani kecil di halaman rumah? 

Mulai bertani di rumah itu sebenarnya mudah kok. Selain bisa menghemat pengeluaran, kita juga bisa lebih mandiri dalam menyediakan bahan pangan yang kita butuhkan untuk keluarga. Kenapa harus mulai dari keluarga? Karena keluarga itu unit terkecil dalam masyarakat, tapi memiliki dampak yang sangat besar. Kalau dari keluarga kita mulai bertani dan ngajarin anak-anak tentang pentingnya menanam, mereka bukan cuma belajar cara bercocok tanam, tapi juga belajar menghargai proses produksi makanan. 

Bertani di rumah juga bisa jadi kegiatan yang seru dan edukatif. Mulai dari kebun sayur kecil atau hidroponik di halaman atau teras rumah bisa jadi langkah awal yang asik. Anak-anak bisa belajar tentang siklus hidup tanaman, cara merawat, sampai panen. Selain melatih keterampilan bertani, hal ini juga menanamkan rasa tanggung jawab dan kemandirian. Selain itu, bertani kecil di halaman dapat menjadi salah satu trik agar anak tidak kecanduan gawai. 

Pertanian keluarga untuk masa depan Kalau kita lihat lebih jauh, dengan semua potensinya, dapat memaksimalkan pertanian dalam skala besar jika dilakukan dalam jangka panjang. Di negara-negara maju seperti Jepang, tren "urban farming" atau bertani di kota sudah mulai berkembang. Lahan-lahan kecil di perkotaan dimanfaatkan untuk bercocok tanam. 

Model ini bisa diterapkan di Indonesia, terutama di daerah perkotaan yang lahan pertaniannya semakin terbatas. Setiap rumah tangga bisa berkontribusi dalam produksi pangan, sekaligus membuat lingkungan lebih hijau. 

Selain itu, dengan bertani di rumah, kita juga bisa memastikan makanan yang kita tanam lebih sehat, bebas dari bahan kimia, dan ramah lingkungan. Ini juga sejalan dengan tren "go organic" yang semakin populer di seluruh dunia.

Dilansir dari laman akun Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, Presiden Jokowi mengingatkan tentang ancaman perubahan iklim dan situasi geopolitik yang mempengaruhi pasokan pangan. Kenaikan suhu bumi, kekeringan, dan perang antara Rusia dan Ukraina telah menyebabkan krisis pangan global, dan sebanyak 22 negara telah menghentikan ekspor pangan, termasuk beras, untuk mengamankan pasokan di negaranya masing-masing. 

Ketahanan pangan masa depan tidak cuma bisa diserahkan ke pemerintah atau petani besar, tapi keluarga juga bisa memberikan peran yang sangat berarti. Bayangkan kalau setiap keluarga di Indonesia punya kebun sayur kecil, berapa banyak bahan pangan yang bisa diproduksi sendiri? Berapa banyak biaya yang bisa dihemat? Dan lebih dari itu, kita juga jadi lebih mandiri, peduli akan ketersediaan pangan, dan turut menjaga lingkungan.

Sebagai negara agraris, Indonesia harusnya jadi pelopor gerakan ini. Yuk, mulai dari keluarga, dari kebun kecil di halaman rumah, dan dari langkah-langkah sederhana untuk bercocok tanam. Bertani di rumah bukan cuma soal menanam makanan, tapi juga menjaga warisan dan ketahanan pangan kita di masa depan.

***

*) Oleh : Nurmala Sari, S.TP, M.Si., Dosen Tetap PNS Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Padang just now

Welcome to TIMES Padang

TIMES Padang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.