https://padang.times.co.id/
Opini

Perguruan Tinggi dalam Merespon Perubahan Iklim

Kamis, 24 Juli 2025 - 19:16
Perguruan Tinggi dalam Merespon Perubahan Iklim Dr. Nofi Yendri Sudiar, M.Si. Koordinator Penanganan Perubahan Iklim SDGs dan Kepala Research Center for Climate Change (RCCC) Universitas Negeri Padang.

TIMES PADANG, PADANG – Perubahan iklim adalah tantangan terbesar yang dihadapi umat manusia abad ini. Bencana yang makin sering terjadi, seperti banjir, kekeringan, cuaca ekstrem, hingga kenaikan permukaan laut, bukan lagi sekadar isu ilmiah, tetapi persoalan kehidupan nyata yang menyentuh banyak aspek kehidupan: ekonomi, sosial, politik, dan tentunya pendidikan. 

Di tengah krisis ini, pendidikan tinggi memegang peran strategis sebagai agen perubahan. Sudah saatnya perguruan tinggi di Indonesia menyelenggarakan Mata Kuliah Umum (MKU) Pendidikan Perubahan Iklim sebagai bagian dari kurikulum wajib lintas program studi.

Pendidikan Perubahan Iklim 

Sayangnya, hingga pertengahan tahun 2025, belum ada perguruan tinggi di Indonesia yang secara eksplisit memiliki MKU bertajuk Pendidikan Perubahan Iklim. 

Beberapa universitas memang telah menyisipkan isu perubahan iklim ke dalam mata kuliah seperti Pendidikan Lingkungan Hidup, Ilmu Lingkungan, atau Kajian Pembangunan Berkelanjutan. Namun, itu pun sering kali hanya bersifat elektif (pilihan), tidak menjadi kurikulum wajib yang harus diambil semua mahasiswa lintas disiplin.

Universitas Gadjah Mada (UGM), misalnya, memiliki program Sustainability Course yang terintegrasi dengan isu perubahan iklim, namun belum menjadi MKU wajib. Universitas Indonesia (UI) melalui program SDGs Center-nya sudah melakukan banyak kegiatan pendidikan dan riset, tapi juga belum menetapkan mata kuliah umum wajib perubahan iklim. 

Situasi ini kontras dengan beberapa universitas di luar negeri yang telah menjadikan pendidikan iklim sebagai bagian dari kurikulum umum. University of Helsinki (Finlandia), misalnya, telah mewajibkan kursus perubahan iklim bagi semua mahasiswa baru. 

Begitu pula dengan Stanford University dan University of Cape Town yang secara progresif membekali mahasiswanya dengan pemahaman lintas disiplin tentang krisis iklim.

Mengapa Perlu MKU di Perguruan Tinggi?

Mewajibkan MKU Pendidikan Perubahan Iklim akan memberi fondasi pengetahuan dan kesadaran ekologis yang merata kepada seluruh mahasiswa, tak peduli apakah ia berasal dari jurusan teknik, ekonomi, hukum, atau sastra. 

Perubahan iklim adalah isu global yang membutuhkan pemahaman lintas sektoral. Mahasiswa ekonomi perlu memahami bagaimana transisi energi hijau dapat mengubah struktur pasar.

Mahasiswa hukum harus memahami implikasi regulasi karbon, mahasiswa teknik perlu mendesain teknologi yang rendah emisi. Semua ini tak bisa dicapai tanpa pemahaman dasar tentang perubahan iklim.

Selain itu, pembelajaran perubahan iklim tak hanya soal sains dan emisi karbon. Ia juga menyentuh nilai-nilai keadilan sosial, hak asasi manusia, keberlanjutan ekonomi, hingga etika intergenerasi. 

Pendidikan tinggi menjadi ruang penting untuk menumbuhkan sikap reflektif, kritis, dan empatik terhadap isu-isu ini.

Kampus Berdampak dan Keterkaitan dengan SDGs

United Nations dalam Sustainable Development Goals (SDGs) menyatakan bahwa pendidikan adalah kunci untuk mengatasi perubahan iklim (SDGs 4: Quality Education dan SDGs 13: Climate Action). 

Dalam konteks ini, perguruan tinggi tak hanya dituntut menghasilkan lulusan yang kompeten, tetapi juga institusi yang berdampak. Kampus berdampak adalah kampus yang menyelaraskan pengajaran, riset, dan pengabdian dengan agenda keberlanjutan.

Beberapa perguruan tinggi di Indonesia sudah mulai bergerak ke arah ini. Institut Teknologi Bandung (ITB) dan IPB University telah masuk dalam Times Higher Education Impact Rankings, terutama dalam kategori SDGs 13 (Climate Action). 

IPB, misalnya, telah aktif dalam riset mitigasi emisi dan adaptasi perubahan iklim, termasuk pengembangan pertanian berkelanjutan dan manajemen risiko bencana. Namun, capaian-capaian ini belum cukup menjangkau aspek kurikulum umum.

Tanpa pembelajaran formal tentang perubahan iklim yang menjangkau semua mahasiswa, kampus akan tertinggal dalam mencetak generasi yang sadar dan tanggap terhadap krisis ini. 

Oleh karena itu, memasukkan MKU Pendidikan Perubahan Iklim sebagai kewajiban akademik bukan hanya wacana ideal, tapi kebutuhan mendesak.

Memasukkan MKU Pendidikan Perubahan Iklim dalam kurikulum pendidikan tinggi di Indonesia adalah langkah strategis untuk menjawab tantangan masa depan. Bukan sekadar pengajaran konsep ilmiah, tetapi pembentukan karakter mahasiswa yang peka terhadap tantangan global. 

Jika Indonesia ingin berperan dalam tatanan dunia yang lebih adil dan berkelanjutan, maka pendidikan iklim harus dimulai dari bangku kuliah.

Saatnya kampus di Indonesia menyadari bahwa perubahan iklim bukan hanya urusan para ilmuwan lingkungan. Ia adalah urusan semua orang. Dan pendidikan tinggi adalah tempat terbaik untuk menyiapkan perubahan itu. (*)

***

*) Oleh : Dr. Nofi Yendri Sudiar, M.Si. Koordinator Penanganan Perubahan Iklim SDGs dan Kepala Research Center for Climate Change (RCCC) Universitas Negeri Padang. 

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Padang just now

Welcome to TIMES Padang

TIMES Padang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.